Sabtu, 13 Desember 2014

METABOLIT SEKUNDER

Tanaman Johar
A.    Klasifikasi Tanaman Johar

Klasifikasi ilmiah
Kingdom         : Plantae
Divisi               : Magnoliophyta
Kelas               : Magnoliopsida
Ordo                : Fabales
Famili              : Fabaceae
Genus              : Senna
Spesies            : S. siamea
Johar adalah nama sejenis pohon penghasil kayu keras yang termasuk suku Fabaceae (Leguminosae, polong-polongan). Pohon johar ini sering ditanam sebagai peneduh tepi jalan. Di Sumatra, pohon ini dinamai pula bujuk atau dulang. Dalam bahasa Inggris tumbuhan ini disebut dengan beberapa nama seperti black-wood cassia, Bombay blackwood, kassod tree, Siamese senna dan lain-lain.
Pohon tinggi 2-20 m dengan batang lurus dan pendek, gemang jarang melebihi 50cm. Pepagan (kulit batang) berwarna abu-abu kecoklatan pada cabang yang muda; percabangan melebar membentuk tajuk yang padat dan membulat. Daun menyirip genap, 10-35 cm panjangnya dengan tangkai bulat torak sepanjang 1,5-3,5 cm yang beralur dangkal di tengahnya; poros daun tanpa kelenjar; daun penumpu meruncing kecil, 1 mm, mudah rontok. Anak daun 4-16 pasang, agak menjangat, jorong hingga jorong-bundar telur, 3-8 cm × 1-2,5 cm, panjang 2-4 × lebarnya, pangkal dan ujungnya membulat atau menumpul, gundul dan mengkilap di sisi atas, dengan rambut halus di sisi bawah. Bunga terkumpul dalam malai di ujung ranting, panjang 15-60 cm, berisi 10-60 kuntum yang terbagi lagi ke dalam beberapa tangkai (cabang) mulai rata. Kelopak 5 buah, oval membundar, 4-9 mm, tebal dan berambut halus. Mahkota bunga berwarna kuning cerah, 5 helai, gundul, bundar telur terbalik, bendera dengan kuku sepanjang 1-2 mm. Benang sari 10, yang terpanjang kurang lebih sama panjang dengan bakal buah dan tangkai putiknya.
Asal-usul johar adalah dari Asia Selatan dan Tenggara. Tumbuhan ini telah dibudidayakan begitu lama, sehingga tanah asalnya yang pasti tidak lagi diketahui. Di Indonesia, johar diketahui tumbuh alami di Sumatra. Johar dapat tumbuh baik pada berbagai kondisi tempat akan tetapi paling cocok pada dataran rendah tropika dengan iklim muson, dengan curah hujan antara 500-2800 mm (optimum sekitar 1000 mm) pertahun, dan temperatur yang berkisar antara 20-31 °C. Johar menyukai tanah-tanah yang dalam, sarang, dan subur, dengan pH antara 5,5-7,5. Tanaman ini tidak tahan dingin dan pembekuan, tidak bagus tumbuhnya di atas elevasi 1300 m dpl.
B.     Kandungan pada Tanaman Johar
Kimia organik bahan alam adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hakekat dari senyawa-senyawa kimia organik alami mikromelekul dan makromolekul yang berasal dari tumbuhan dan hewan. Senyawa organik bahan alam merupakan senyawa yang dikenal sebagai metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa hasil metabolisme sekunder, yang tidak terdapat secara merata dalam makhluk hidup dan ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Umumnya terdapat pada semua organ tumbuhan (terutama tumbuhan tinggi) pada akar, kulit, batang, daun, bunga buah dan biji dan sedikit pada hewan. Berbagai jenis tumbuhan mengandung senyawa metabolit sekunder, seperti alkaloid, flavanoid, streoid, terpenoid, saponin, dan lain-lain. Senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan merupakan zat bioaktif yang berkaitan dengan kandungan kimia dalam tumbuhan, sehingga sebagian tumbuhan dapat digunakan sebagai bahan obat. Sekitar 1000 jenis dari 30.000 jenis tumbuhan yang telah dimanfaatkan sebagai bahan obat-obatan. Oleh karena itu, kimia bahan alam adalah ilmu pengetahuan yang sangat penting. Kimia bahan alam berhubungan dengan molekul-molekul yang diciptakan oleh alam dan erat kaitannya dengan kehidupan. Sehingga menggugah perhatian orang untuk lebih mengetahui tentang kimia bahan alam dengan mengidentifikasi senyawa kimia organik alami  yang terdapat di alam. Salah satunya, mengidentifikasi senyawa alkaloid dari daun johar (Cassia siamea)
Cassia siamea yang dikenal masyarakat dengan nama Johar, merupakan salah satu jenis tumbuhan yang banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Di kalangan masyarakat, tanaman ini banyak dimanfaatkan sebagai obat malaria, obat cacing, tonikum serta obat gatal-gatal dan penyakit kulit. Penggunaan daun Cassia siamea sebagai obat malaria telah banyak diteliti, mengingat resistensi parasit malaria terhadap obat modern telah banyak terjadi. Kandungan senyawa  dalam daun Cassia siamea dapat dikelompokan kedalam dua bagian yaitu senyawa non alkaloid (Barakol dan anhydrobarakol) dan senyawa alkaloid (Cassiadinine, Siaminine A, Siaminine B, Siamine).
Daun tanaman johar ternyata memiliki kandungan senyawa barakol, flavonoid, alkaloid dan tanin yang tinggi. Akar tanaman johar mengandung senyawa diantrakinon, betalin dan juga lupeol yang tinggi. Untuk biji tanaman ini terkandung minyak lemak dan juga senyawa sitosterin yang sangat tinggi. Kandungan senyawa kimia daun johar memiliki efek hepatoprotektif yang dapat menghambat kerusakan hati yang disebabkan oleh CC14. Kandungan tersebutlah yang mampu mengobati penyakit diabetes dan juga malaria.

C.    Morfologi dari Tanaman Johar
a)   Daun : daun majemuk atau folium compositum dimana terdiri atas anak daun atau foliolus, batang daun atau petiolus dan ibu batang daun atau petiolus communis. Jenis daun majemuknya adalah daun majemuk menyirip genap atau abrupte pinnata. Circumscriptio atau bangun daunnya adalah ovalis atau jorong dimana perbandingan antara panjang dan lebarnya adalah 1 ½ - 2 : 1. Intervenium atau daging daunnya adalah papyraceus atau menyerupai gulungan kertas, tipis tapi cukup tegar. Margo folii atau pinggir daunnya adalah rata atau integer. Apex folii atau ujung daunnya adalah rotundatus atau membulat dimana seperti pada ujung daun yang tumpul dan tidak terbentuk sudut sama sekali sehingga, ujung daun menyerupai semacam busur .
b)  Buah : buah polong, pipih, berbelah dua, panjang 15-20 cm, lebar ± 1,5 cm, masih muda hijau setelah tua hitam. Buah polong memipih, 15-30 cm × 12-16 mm, berbiji 20-30, dengan tepi yang menebal, pada akhirnya memecah. Biji bundar telur pipih, 6.5-8 mm × 6 mm, coklat terang mengkilap.
c)   Biji : Bulat telur seperti kacang, berwarna coklat kehijauan, panjang 8-15 mm. Terdapat 35,000-45,000 benih/kg



D.    Manfaat dari Tanaman Johar
Tanaman johar sangat dikenal dari Zaman nenek moyang dulu untuk mengobati berbagai macam penyakit diantara nya penyakit malaria. Kekayaan hayati yang sudah dimanfaatkan nenek moyang kita sejak ratusan tahun lalu, sampai kini masih potensial dikembangkan. Salah satunya adalah tanaman johar, yang telah digunakan secara empirik tradisional untuk mengobati malaria. Pengobatan malaria menjadi penting, karena saat ini berbagai upaya untuk mengatasi malaria masih belum memuaskan. Penggunaan johar untuk atasi malaria sudah dilakukan masyarakat Jawa. Sedang di Aceh johar dikenal sebagai obat tradisional untuk penyakit kuning atau hepatitis.
Alternatif pengobatan malaria diperlukan, karena resistensi parasit malaria terhadap beberapa obat modern banyak terjadi. Misal klorokuin di hampir semua provinsi di Indonesia. Daerah endemik malaria pun makin meluas. Perusakan lingkungan yang makin tak terkendali, membuat pemberantasan penyakit maupun vektornya makin berat. Kebiasaan  menggunakan johar kemudian diteliti, untuk menjawab cara kerjanya dalam mengatasi malaria. Mungkinkah dapat membunuh parasit malaria, menurunkan demam, atau meningkatkan daya tahan tubuh? Maka dilakukanlah penelitian pengaruh johar terhadap Plasmodium berghei in vivo pada mencit dan Plasmodium falciparum in vitro. Dilakukan pula penelitian untuk melihat efek antipiretik johar pada tikus yang didemamkan. Untuk mengetahui peningkatan daya tahan tubuh, dilakukan penelitian imunomodulator menggunakan tikus. Selain itu, ada berbagai penelitian pelengkap antara lain toksisitas akut sampai subkronik, penelitian mutagenik untuk mengetahui efek perubahan gen yang dapat mengarah pada timbulnya kanker dan penelitian fitokimia untuk mengetahui kandungan zat berkhasiat, serta penelitian formulasi untuk memperoleh formula terbaik dilihat dari sisi teknologi farmasi.
Para peneliti obat tradisional di Pusat Penelitian dan Pengembangan Farmasi dan Obat Tradisional, Badan Litbangkes Depkes RI, sudah mampu melakukan semua prosedur penelitian di atas. Namun, sebelum penelitian berlangsung, perlu dilakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui berbagai bentuk sediaan tanaman johar berdasarkan polaritasnya. Antara lain bentuk infus, ekstrak etanol 70 persen, ekstrak kloroform, ekstrak eter-minyak bumi. Ternyata ekstrak etanol 70 persen toksisitasnya paling rendah sedang beberapa efek farmakologinya paling baik. Karena itu, digunakanlah bahan uji berupa ekstrak etanol 70 persen . Garis besar penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut. Berdasarkan penelitian toksisitas akut menurut cara Weil dan kawan-kawan, ekstrak etanol 70 persen daun johar tergolong tidak toksik. Cara menggunakan Daun Johar antara lain :
1.       Caranya dengan menggunakan 3/4 genggam daun johar segar, dicuci lalu direbus dengan air bersih tiga gelas hingga tinggal lebih kurang tiga perempatnya.
2.      Sesudah dingin disaring lalu diminum dicampur dengan madu secukupnya diminum 3 kali sehari masing-masing 3/4 gelas.
3.      Daun-daun johar, bunga dan polongnya yang muda dapat dijadikan pakan ternak ruminansia, namun kandungan alkaloida di dalamnya terbukti toksik (beracun) bagi non-ruminansia seperti babi dan unggas.
Akan tetapi setelah melalui perebusan dan penggantian airnya beberapa kali, daun-daun johar yang muda dan bunganya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran dalam masakan lokal di Thailand dan Srilanka. Johar juga menghasilkan zat penyamak dari pepagan, daun dan buahnya. Akarnya digunakan untuk mengobati cacingan dan sawan pada anak-anak. Kayu terasnya berkhasiat sebagai pencahar, dan rebusannya digunakan untuk mengobati kudis di Kamboja. Sementara di Jawa Tengah, teh johar yang dihasilkan dari rebusan daunnya dipakai sebagai obat malaria. Daun-daun dan bagian tumbuhan lainnya dari johar mengandung senyawa-senyawa kimia seperti antrakinona, antrona, flavona, serta aneka triterpenoida dan alkaloida, termasuk pula kasiadimina (cassiadimine).


Tanaman Kemiri
A.    Klasifikasi Tanaman Kemiri

Klasifikasi Ilmiah
Kingdom         : Plantae
Divisi
               : Magnoliophyta
Kelas
               : Magnoliopsida                   
Ordo
                : Euphorbiales
Famili
              : euphorbiaceae
Genus              : aleurites
Spesies
            : A. moluccana
Kemiri (Aleurites muluccana). Adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Tumbuhan ini masih sekerabat dengan singkong dan termasuk dalam suku Euphorbiaceae. Dalam perdagangan antar negara dikenal sebagai candleberry, Indian walnut, serta candlenut. Pohonnya disebut sebagai varnish tree atau kukui nut tree. Minyak yang diekstrak dari bijinya berguna dalam industry untuk digunakan sebagai bahan campuran cat.
Tidak diketahui dengan tepat asal-usulnya, tumbuhan ini menyebar luas mulai dari India dan Cina, melewati Asia Tenggara dan Nusantara, hingga Polinesia dan Selandia Baru. Di Indonesia kemiri dikenal dengan banyak nama. Di antaranya, kembiri, gambiri, hambiri, kemili, kemiling dan lain-lain. Kemiri sekarang tersebar luas di daerah-daerah tropis. Tanaman ini adalah tumbuhan resmi negara bagian Hawaii.
Kemiri tumbuh dengan baik pada tanah-tanah kapur, tanah-tanah berpasir di pantai. Tetapi dapat juga tumbuh pada tanah-tanah podsolik yang kurang subur sampai yang subur dan pada tanah-tanah latosol. Tanaman kemiri dapat tumbuh dan berproduksi baik pada ketinggian 0 – 800 meter di atas permukaan laut, walaupun dibeberapa tempat dapat juga tumbuh pada ketingian 1.200 meter dpl. Tanaman kemiri dapat tumbuh pada lahan datar, bergelombang dan bertebing-tebing curam. Ditinjau dari kondisi iklimnya, tanaman kemiri dapat tumbuh di daerah-daerah yang beriklim kering dan basah. Tanaman kemiri dapat tumbuh di daerah dengan jumlah curah hujan 1.500 – 2.400 mm per tahun dan suhu 200 – 270C. 
B.     Kandungan pada Tanaman Kemiri
Kemiri mengandung zat gizi dan nongizi, zat non gizi dalam dalam kemiri misalnya saponin, falvonoida dan polifenol. Banyak peneliti telah membuktikan bahwa ketiga komponen ini memiliki arti besar bagi kesehatan. Kandungan zat gizi mikro yang terdapat dalam kemiri adalah protein, lemak dan karbohidrat. Mineral dominan yang terdapat dalam kemiri adalah kalium, fosfor, magnesium, dan kalsium. Dalam kemiri juga terkandung zat besi, seng, tembaga dan selenium dalam jumlah sedikit. Kandungan penting lainnya adalah vitamin, folat, serta fitosterol yang dapat merusak enzim pembentuk kolesterol  dalam hati sehingga dapat menghambat pembentukan kolesterol.
Protein pada biji kemiri terdiri dari asam amino essensial maupun non esensial, fungsi asam amino esensial antara lain untuk pertumbuhan karena asam amino terdapat di semua jaringan dan membentuk protein dan antibody. Asam amino non esensial yang menonjol pada kemiri yaitu asam glutamate dan asam aspartat. Keberadaan asam glutamat yang memberikan rasa nikmat ketika kemiri digunakan sebagai bumbu dapur yang dapat menjadi pengganti penyedap masakan seperti MSG.

C.    Morfologi dari Tanaman Kemiri
Pohon besar; dengan tinggi mencapai 40 m dan gemang hingga 1,5 m. Pepagan abu-abu, sedikit kasar berlentisel. Daun muda, ranting, dan karangan bunga dihiasi dengan rambut bintang yang rapat, pendek, dan berwarna perak mentega; seolah bertabur tepung. Dari kejauhan tajuk pohon ini nampak keputihan atau keperakan.
Daun tunggal, berseling, hijau tua, bertangkai panjang hingga 30 cm, dengan sepasang kelenjar di ujung tangkai. Helai daun hampir bundar, bundar telur, bundar telur lonjong atau menyegitiga, berdiameter hingga 30 cm, dengan pangkal bentuk jantung, bertulang daun menjari hanya pada awalnya, bertaju 3-5 bentuk segitiga di ujungnya.
Perbungaan dalam malai thyrsoid yang terletak terminal atau di ketiak ujung, panjang 10–20 cm.Bunga-bunga berkelamin tunggal, putih, bertangkai pendek. Bunga-bunga betina berada di ujung malai payung tambahan; bunga-bunga jantan yang lebih kecil dan mekar lebih dahulu berada di sekelilingnya, berjumlah lebih banyak. Kelopak bertaju 2-3; mahkota bentuk lanset, bertaju-5, panjang 6–7 mm pada bunga jantan, dan 9–10 mm pada bunga betina. Buah batu agak bulat telur gepeng, 5-6 cm × 4-7 cm, hijau zaitun di luar dengan rambut beledu, berdaging keputihan, tidak memecah, berbiji-2 atau 1. Biji bertempurung keras dan tebal, agak gepeng, hingga 3 cm × 3 cm; dengan keping biji keputihan, kaya akan minyak. Habitat dan penyebaran merupakan tanaman asli Indonesia, terdapat juga di Asia Tenggara, Polinesia, Asia Selatan, dan Brazil.

D.    Manfaat dari Tanaman Kemiri 
Kemiri terutama ditanam untuk bijinya yang setelah diolah sering digunakan dalam masakan Indonesia dan masakan Malaysia. Di Pulau Jawa, kemiri juga dijadikan sebagai saus kental yang dimakan dengan sayuran dan nasi. Kemiri memiliki kesamaan dalam rasa dan tekstur dengan macadamia yang juga memiliki kandungan minyak yang hampir sama. Kemiri juga dibakar dan dicampur dengan pasta dan garam untuk membuat bumbu masak khas Hawaii yang disebut inamona. Inamona adalah bumbu masak utama untuk membuat poke tradisional Hawaii.
Inti biji kemiri mengandung 60–66% minyak. Di Hawaii, pada masa kuno, kemiri (di sini disebut kukui) dibakar untuk menghasilkan cahaya. Kemiri disusun berbaris memanjang pada sehelai daun palem, dinyalakan salah satu ujungnya, dan akan terbakar satu demi satu setiap 15 menit atau lebih. Ini juga berguna sebagai alat pengukur waktu. Misalnya, seseorang bisa meminta orang lain untuk kembali ke rumah sebelum kemiri kedua habis terbakar. Di Tonga, sampai sekarang, kemiri yang sudah matang (dinamai tuitui) dijadikan pasta (tukilamulamu), dan digunakan sebagai sabun dan shampoo.
Penanaman kemiri modern kebanyakan hanya untuk memperoleh minyaknya. Dalam setiap penanaman, masing-masing pohon akan menghasilkan sekitar 30–80 kg kacang kemiri, dan sekitar 15 sampai 20% dari berat tersebut merupakan minyak yang didapat. Kebanyakan minyak yang dihasilkan digunakan secara lokal, tidak diperdagangkan secara internasional.
Minyak kemiri terutama mengandung asam oleostearat. Minyak yang lekas mengering ini biasa digunakan untuk mengawetkan kayu, sebagai pernis atau cat, melapis kertas agar anti-air, bahan sabun, bahan campuran isolasi, pengganti karet, dan lain-lain. Minyak kemiri ini berkualitas lebih rendah daripada tung oil, minyak serupa yang dihasilkan oleh Vernicia fordii (sin. Aleurites fordii) dari Cina.
Di Jepang, kulit kayunya telah digunakan untuk tumor. Di Sumatera, bijinya dibakar dengan arang, lalu dioleskan di sekitar pusar untuk menyembuhkan diare. Di Jawa, kulit batangnya digunakan untuk mengobati diare atau disentri. Kemiri juga sering ditanam sebagai pohon serbaguna, untuk menghijaukan lahan, sebagai peneduh di pekarangan, dan juga untuk pohon hias. Di Jawa, biji kemiri biasa dijadikan sebagai bahan permainan untuk diadu kekerasan tempurungnya. Dalam penulisan lontar, biji kemiri yang telah dibakar digunakan untuk menghitamkan tulisan pada lembaran-lembaran lontar. Bagian tanaman yang telah terbukti sebagai antikanker secara etnofitomedis adalah korteksnya yang utamanya mengandung tanin, yang mempunyai aktifitas sebagai imuno stimulan, yakni dengan meningkatkan sekresi Tumor Necrosis Factor (TNF) dan sebagai agen anti proliferatif yang juga menginduksi apoptosis. Berikut ini adalah beberapa manfaat kemiri cara pemakaiannya :
a)      Khasiat buah kemiri untuk menyuburkan rambut
  1. Siapkan enam butir biji kemiri
  2. Tumbuk halus buah kemiri yang sudah kita siapkan tersebut
  3. Tambah dengan air bersih secukupnya
  4. Rebus sampai mengeluarkan minyak dan ambil minyaknya
  5. Gosokkan minyak buah kemiri tersebut pada kulit kepala
  6. Lakukan tiga kali seminggu

b)     Mengatasi sariawan
  1. Ambil getah dari kulit batang kemiri secukupnya
  2. Tambahkan dengan sedikit santan kelapa
  3. Tempelkan/oleskan pada bagian yang sakit karena sariawan

c)      Mengobati sakit gigi
  1. Ambil beberapa tetes getah kulit batang kemiri
  2. Oleh/lumaskan pada bagian gigi yang sedang sakit.
  3. Obat buang air besar yang berdarah
  4. Ambil 20 gram kulit batang kemiri
  5. Rebus diair 400cc sampai airnya berkurang menjadi 200cc
  6. Saring dan ambil airnya
  7. Minum selagi hangat, dua kali sehari
d)     Mengatasi diare
  1. Siapkan 20 gram kulit batang kemiri yang masih segar
  2. Tumbuk hingga halus
  3. Rebus dengan air 600 cc sampai airnya berkurang menjadi 300cc
  4. Saring dan ambil airnya
  5. Minum ramuan tersebut dua kali sehari, sekali minum 150cc


Daftar Pustaka

Anonimous, 2003. Pemecah Kemiri. Universitas Kristen Petra. http://google.com. proses pemecahan kemiri. [19 April 2014].
Barus, P. 2007. Interesterifikasi Stearin Sawit dengan Minyak Kemiri Menjadi Pengganti Lemak Margarin. Medan. Jurnal Penelitian MIPA 1: 1-7.
Sunanto, Hatta. 1994. Budidaya Kemiri. Yogyakarta : Kanisius
http://id.wikipedia.org/wiki/Johar (diakses tanggal 20 april 2014)








Tidak ada komentar:

Posting Komentar