Tanaman Johar
A.
Klasifikasi Tanaman Johar
Klasifikasi ilmiah
Kingdom :
Plantae
Divisi :
Magnoliophyta
Kelas :
Magnoliopsida
Ordo :
Fabales
Famili :
Fabaceae
Genus :
Senna
Spesies :
S. siamea
Johar adalah nama sejenis pohon penghasil kayu keras yang termasuk suku Fabaceae (Leguminosae,
polong-polongan). Pohon johar ini sering ditanam sebagai
peneduh tepi jalan. Di Sumatra, pohon ini dinamai pula bujuk atau dulang.
Dalam bahasa Inggris tumbuhan
ini disebut dengan beberapa nama seperti black-wood
cassia, Bombay blackwood, kassod tree, Siamese senna dan lain-lain.
Pohon
tinggi 2-20 m dengan batang lurus dan pendek, gemang jarang melebihi 50cm.
Pepagan (kulit batang) berwarna abu-abu kecoklatan pada cabang yang muda;
percabangan melebar membentuk tajuk yang padat dan membulat. Daun menyirip genap,
10-35 cm panjangnya dengan
tangkai bulat torak sepanjang 1,5-3,5 cm yang beralur dangkal di tengahnya;
poros daun tanpa kelenjar; daun penumpu meruncing kecil, 1 mm, mudah rontok.
Anak daun 4-16 pasang, agak menjangat, jorong hingga jorong-bundar telur, 3-8
cm × 1-2,5 cm, panjang 2-4 × lebarnya, pangkal dan ujungnya membulat atau
menumpul, gundul dan mengkilap di sisi atas, dengan rambut halus di sisi bawah.
Bunga terkumpul dalam malai di ujung ranting, panjang 15-60 cm, berisi 10-60 kuntum yang terbagi
lagi ke dalam beberapa tangkai (cabang) mulai
rata. Kelopak 5 buah, oval membundar, 4-9
mm, tebal dan berambut halus. Mahkota bunga berwarna kuning cerah, 5 helai,
gundul, bundar telur terbalik, bendera dengan kuku sepanjang 1-2 mm. Benang sari 10, yang
terpanjang kurang lebih sama panjang dengan bakal buah dan tangkai putiknya.
Asal-usul johar adalah dari Asia Selatan dan Tenggara. Tumbuhan ini
telah dibudidayakan begitu lama, sehingga tanah asalnya yang pasti tidak lagi
diketahui. Di Indonesia, johar diketahui tumbuh alami di Sumatra. Johar dapat
tumbuh baik pada berbagai kondisi tempat akan tetapi paling cocok pada dataran
rendah tropika dengan iklim muson, dengan curah hujan antara 500-2800 mm
(optimum sekitar 1000 mm) pertahun, dan temperatur yang berkisar antara 20-31
°C. Johar menyukai tanah-tanah yang dalam, sarang, dan subur, dengan pH antara
5,5-7,5. Tanaman ini tidak tahan dingin dan pembekuan, tidak bagus tumbuhnya di
atas elevasi 1300 m dpl.
B.
Kandungan pada Tanaman Johar
Kimia
organik bahan alam adalah ilmu pengetahuan yang mempelajari hakekat dari
senyawa-senyawa kimia organik alami mikromelekul dan makromolekul yang berasal
dari tumbuhan dan hewan. Senyawa organik bahan alam merupakan senyawa yang
dikenal sebagai metabolit sekunder. Senyawa metabolit sekunder adalah senyawa
hasil metabolisme sekunder, yang tidak terdapat secara merata dalam makhluk
hidup dan ditemukan dalam jumlah yang sedikit. Umumnya terdapat pada semua
organ tumbuhan (terutama tumbuhan tinggi) pada akar, kulit, batang, daun, bunga
buah dan biji dan sedikit pada hewan. Berbagai jenis tumbuhan mengandung
senyawa metabolit sekunder, seperti alkaloid, flavanoid, streoid, terpenoid,
saponin, dan lain-lain. Senyawa metabolit sekunder yang terdapat dalam tumbuhan
merupakan zat bioaktif yang berkaitan dengan kandungan kimia dalam tumbuhan,
sehingga sebagian tumbuhan dapat digunakan sebagai bahan obat. Sekitar 1000
jenis dari 30.000 jenis tumbuhan yang telah dimanfaatkan sebagai bahan
obat-obatan. Oleh karena itu, kimia bahan alam adalah ilmu pengetahuan yang
sangat penting. Kimia bahan alam berhubungan dengan molekul-molekul yang
diciptakan oleh alam dan erat kaitannya dengan kehidupan. Sehingga menggugah
perhatian orang untuk lebih mengetahui tentang kimia bahan alam dengan
mengidentifikasi senyawa kimia organik alami yang terdapat di alam. Salah
satunya, mengidentifikasi senyawa alkaloid dari daun johar (Cassia siamea)
Cassia siamea yang dikenal masyarakat dengan nama Johar, merupakan salah satu
jenis tumbuhan yang banyak dimanfaatkan sebagai obat tradisional. Di kalangan
masyarakat, tanaman ini banyak dimanfaatkan sebagai obat malaria, obat cacing,
tonikum serta obat gatal-gatal dan penyakit kulit. Penggunaan daun Cassia
siamea sebagai obat malaria telah banyak diteliti, mengingat
resistensi parasit malaria terhadap obat modern telah banyak terjadi. Kandungan
senyawa dalam daun Cassia siamea dapat dikelompokan
kedalam dua bagian yaitu senyawa non alkaloid (Barakol dan anhydrobarakol) dan
senyawa alkaloid (Cassiadinine, Siaminine A, Siaminine B, Siamine).
Daun
tanaman johar ternyata memiliki kandungan senyawa barakol, flavonoid,
alkaloid dan tanin yang tinggi. Akar tanaman johar mengandung
senyawa diantrakinon, betalin dan juga lupeol yang
tinggi. Untuk biji tanaman ini terkandung minyak lemak dan
juga senyawa sitosterin yang sangat tinggi. Kandungan senyawa kimia daun johar
memiliki efek hepatoprotektif yang dapat menghambat kerusakan hati yang
disebabkan oleh CC14. Kandungan tersebutlah yang mampu mengobati penyakit
diabetes dan juga malaria.
C.
Morfologi dari Tanaman Johar
a) Daun : daun majemuk atau folium compositum dimana terdiri
atas anak daun atau foliolus, batang daun atau petiolus dan ibu batang daun
atau petiolus communis. Jenis daun majemuknya adalah daun majemuk menyirip
genap atau abrupte pinnata. Circumscriptio atau bangun daunnya adalah ovalis
atau jorong dimana perbandingan antara panjang dan lebarnya adalah 1 ½ - 2 : 1.
Intervenium atau daging daunnya adalah papyraceus atau menyerupai gulungan
kertas, tipis tapi cukup tegar. Margo folii atau pinggir daunnya adalah rata
atau integer. Apex folii atau ujung daunnya adalah rotundatus atau membulat
dimana seperti pada ujung daun yang tumpul dan tidak terbentuk sudut sama
sekali sehingga, ujung daun menyerupai semacam busur .
b) Buah : buah polong, pipih, berbelah dua, panjang 15-20 cm,
lebar ± 1,5 cm, masih muda hijau setelah tua hitam. Buah polong memipih, 15-30
cm × 12-16 mm, berbiji 20-30, dengan tepi yang menebal, pada akhirnya memecah.
Biji bundar telur pipih, 6.5-8 mm × 6 mm, coklat terang mengkilap.
c) Biji : Bulat telur seperti kacang, berwarna coklat
kehijauan, panjang 8-15 mm. Terdapat 35,000-45,000 benih/kg
D.
Manfaat dari
Tanaman Johar
Tanaman johar sangat dikenal dari Zaman nenek moyang dulu untuk
mengobati berbagai macam penyakit diantara nya penyakit malaria. Kekayaan
hayati yang sudah dimanfaatkan nenek moyang kita sejak ratusan tahun lalu,
sampai kini masih potensial dikembangkan. Salah satunya adalah tanaman johar,
yang telah digunakan secara empirik tradisional untuk mengobati malaria. Pengobatan
malaria menjadi penting, karena saat ini berbagai upaya untuk mengatasi malaria
masih belum memuaskan. Penggunaan johar untuk atasi malaria sudah dilakukan
masyarakat Jawa. Sedang di Aceh johar dikenal sebagai obat tradisional untuk
penyakit kuning atau hepatitis.
Alternatif pengobatan malaria diperlukan, karena resistensi parasit
malaria terhadap beberapa obat modern banyak terjadi. Misal klorokuin di hampir
semua provinsi di Indonesia. Daerah endemik malaria pun makin meluas. Perusakan
lingkungan yang makin tak terkendali, membuat pemberantasan penyakit maupun
vektornya makin berat. Kebiasaan
menggunakan johar kemudian diteliti, untuk menjawab cara kerjanya dalam
mengatasi malaria. Mungkinkah dapat membunuh parasit malaria, menurunkan demam,
atau meningkatkan daya tahan tubuh? Maka dilakukanlah penelitian pengaruh johar
terhadap Plasmodium berghei in vivo pada mencit dan Plasmodium falciparum in
vitro. Dilakukan pula penelitian untuk melihat efek antipiretik johar pada
tikus yang didemamkan. Untuk mengetahui peningkatan daya tahan tubuh, dilakukan
penelitian imunomodulator menggunakan tikus. Selain itu, ada berbagai
penelitian pelengkap antara lain toksisitas akut sampai subkronik, penelitian
mutagenik untuk mengetahui efek perubahan gen yang dapat mengarah pada
timbulnya kanker dan penelitian fitokimia untuk mengetahui kandungan zat
berkhasiat, serta penelitian formulasi untuk memperoleh formula terbaik dilihat
dari sisi teknologi farmasi.
Para peneliti obat tradisional di Pusat Penelitian dan Pengembangan
Farmasi dan Obat Tradisional, Badan Litbangkes Depkes RI, sudah mampu melakukan
semua prosedur penelitian di atas. Namun, sebelum penelitian berlangsung, perlu
dilakukan penelitian pendahuluan untuk mengetahui berbagai bentuk sediaan
tanaman johar berdasarkan polaritasnya. Antara lain bentuk infus, ekstrak
etanol 70 persen, ekstrak kloroform, ekstrak eter-minyak bumi. Ternyata ekstrak
etanol 70 persen toksisitasnya paling rendah sedang beberapa efek
farmakologinya paling baik. Karena itu, digunakanlah bahan uji berupa ekstrak
etanol 70 persen . Garis besar penelitian dapat disimpulkan sebagai berikut.
Berdasarkan penelitian toksisitas akut menurut cara Weil dan kawan-kawan,
ekstrak etanol 70 persen daun johar tergolong tidak toksik. Cara menggunakan
Daun Johar antara lain :
1.
Caranya dengan menggunakan 3/4 genggam daun
johar segar, dicuci lalu direbus dengan air bersih tiga gelas hingga tinggal
lebih kurang tiga perempatnya.
2.
Sesudah dingin
disaring lalu diminum dicampur dengan madu secukupnya diminum 3 kali sehari
masing-masing 3/4 gelas.
3.
Daun-daun johar,
bunga dan polongnya yang muda dapat dijadikan pakan ternak ruminansia, namun
kandungan alkaloida di dalamnya terbukti toksik (beracun) bagi non-ruminansia
seperti babi dan unggas.
Akan tetapi setelah melalui perebusan dan penggantian airnya beberapa
kali, daun-daun johar yang muda dan bunganya dapat dimanfaatkan sebagai sayuran
dalam masakan lokal di Thailand dan Srilanka. Johar juga menghasilkan zat
penyamak dari pepagan, daun dan buahnya. Akarnya digunakan untuk mengobati
cacingan dan sawan pada anak-anak. Kayu terasnya berkhasiat sebagai pencahar,
dan rebusannya digunakan untuk mengobati kudis di Kamboja. Sementara di Jawa
Tengah, teh johar yang dihasilkan dari rebusan daunnya dipakai sebagai obat
malaria. Daun-daun dan bagian tumbuhan lainnya dari johar mengandung
senyawa-senyawa kimia seperti antrakinona, antrona, flavona, serta aneka
triterpenoida dan alkaloida, termasuk pula kasiadimina (cassiadimine).
Tanaman Kemiri
A.
Klasifikasi Tanaman Kemiri
Klasifikasi Ilmiah
Kingdom :
Plantae
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Famili : euphorbiaceae
Genus : aleurites
Spesies : A. moluccana
Divisi : Magnoliophyta
Kelas : Magnoliopsida
Ordo : Euphorbiales
Famili : euphorbiaceae
Genus : aleurites
Spesies : A. moluccana
Kemiri (Aleurites muluccana). Adalah tumbuhan yang bijinya dimanfaatkan
sebagai sumber minyak dan rempah-rempah. Tumbuhan ini masih sekerabat dengan
singkong dan termasuk dalam suku Euphorbiaceae. Dalam perdagangan antar negara
dikenal sebagai candleberry, Indian
walnut, serta candlenut. Pohonnya
disebut sebagai varnish tree atau kukui nut tree. Minyak yang diekstrak dari bijinya berguna dalam industry
untuk digunakan sebagai bahan campuran cat.
Tidak diketahui dengan
tepat asal-usulnya, tumbuhan ini menyebar luas mulai dari India dan Cina,
melewati Asia Tenggara dan Nusantara, hingga Polinesia dan Selandia Baru. Di
Indonesia kemiri dikenal dengan banyak nama. Di antaranya, kembiri, gambiri, hambiri, kemili, kemiling dan lain-lain. Kemiri sekarang tersebar luas di
daerah-daerah tropis. Tanaman ini adalah tumbuhan resmi negara bagian Hawaii.
Kemiri
tumbuh dengan baik pada tanah-tanah kapur, tanah-tanah berpasir di pantai.
Tetapi dapat juga tumbuh pada tanah-tanah podsolik yang kurang subur sampai
yang subur dan pada tanah-tanah latosol. Tanaman kemiri dapat tumbuh dan
berproduksi baik pada ketinggian 0 – 800 meter di atas permukaan laut, walaupun
dibeberapa tempat dapat juga tumbuh pada ketingian 1.200 meter dpl. Tanaman
kemiri dapat tumbuh pada lahan datar, bergelombang dan bertebing-tebing curam.
Ditinjau dari kondisi iklimnya, tanaman kemiri dapat tumbuh di daerah-daerah
yang beriklim kering dan basah. Tanaman kemiri dapat tumbuh di daerah dengan
jumlah curah hujan 1.500 – 2.400 mm per tahun dan suhu 200 – 270C.
B.
Kandungan pada Tanaman Kemiri
Kemiri mengandung zat gizi dan nongizi, zat
non gizi dalam dalam kemiri misalnya saponin, falvonoida dan polifenol. Banyak
peneliti telah membuktikan bahwa ketiga komponen ini memiliki arti besar bagi
kesehatan. Kandungan zat gizi mikro yang terdapat dalam kemiri adalah protein,
lemak dan karbohidrat. Mineral dominan yang terdapat dalam kemiri adalah
kalium, fosfor, magnesium, dan kalsium. Dalam kemiri juga terkandung zat besi,
seng, tembaga dan selenium dalam jumlah sedikit. Kandungan penting lainnya
adalah vitamin, folat, serta fitosterol yang dapat merusak enzim pembentuk
kolesterol dalam hati sehingga dapat menghambat pembentukan kolesterol.
Protein
pada biji kemiri terdiri dari asam amino essensial maupun non esensial, fungsi
asam amino esensial antara lain untuk pertumbuhan karena asam amino terdapat di
semua jaringan dan membentuk protein dan antibody. Asam amino non esensial yang
menonjol pada kemiri yaitu asam glutamate dan asam aspartat. Keberadaan asam
glutamat yang memberikan rasa nikmat ketika kemiri digunakan sebagai bumbu
dapur yang dapat menjadi pengganti penyedap masakan seperti MSG.
C.
Morfologi dari Tanaman Kemiri
Pohon besar; dengan tinggi mencapai 40 m dan gemang hingga 1,5 m. Pepagan
abu-abu, sedikit kasar berlentisel. Daun muda, ranting, dan karangan
bunga dihiasi dengan
rambut bintang yang rapat, pendek, dan berwarna perak mentega; seolah bertabur tepung. Dari
kejauhan tajuk pohon ini nampak keputihan atau keperakan.
Daun tunggal, berseling, hijau tua,
bertangkai panjang hingga 30 cm,
dengan sepasang kelenjar di ujung tangkai. Helai daun hampir bundar, bundar
telur, bundar telur lonjong atau menyegitiga, berdiameter hingga 30 cm, dengan
pangkal bentuk jantung, bertulang daun menjari hanya pada awalnya, bertaju 3-5
bentuk segitiga di ujungnya.
Perbungaan dalam malai thyrsoid yang terletak terminal atau di ketiak
ujung, panjang 10–20 cm.Bunga-bunga berkelamin
tunggal, putih, bertangkai pendek. Bunga-bunga betina berada di ujung malai
payung tambahan; bunga-bunga jantan yang lebih kecil dan mekar lebih dahulu
berada di sekelilingnya, berjumlah lebih banyak. Kelopak bertaju 2-3; mahkota
bentuk lanset, bertaju-5, panjang 6–7 mm pada bunga jantan, dan 9–10 mm pada
bunga betina. Buah batu agak bulat telur gepeng, 5-6 cm × 4-7
cm, hijau zaitun di luar dengan rambut beledu, berdaging keputihan, tidak
memecah, berbiji-2 atau 1. Biji bertempurung keras dan tebal, agak
gepeng, hingga 3 cm × 3 cm; dengan keping biji keputihan, kaya akan minyak. Habitat dan penyebaran merupakan tanaman asli
Indonesia, terdapat juga di Asia Tenggara, Polinesia, Asia Selatan, dan Brazil.
D.
Manfaat dari
Tanaman Kemiri
Kemiri
terutama ditanam untuk bijinya yang setelah diolah sering digunakan dalam masakan
Indonesia dan masakan Malaysia. Di Pulau Jawa, kemiri juga
dijadikan sebagai saus kental yang dimakan dengan sayuran dan nasi. Kemiri memiliki
kesamaan dalam rasa dan tekstur dengan macadamia yang juga memiliki kandungan minyak
yang hampir sama. Kemiri juga dibakar dan dicampur dengan pasta dan garam untuk membuat bumbu masak khas Hawaii yang disebut inamona. Inamona adalah bumbu
masak utama untuk membuat poke tradisional Hawaii.
Inti biji kemiri mengandung
60–66% minyak. Di Hawaii, pada masa kuno, kemiri (di sini disebut kukui) dibakar untuk
menghasilkan cahaya. Kemiri disusun berbaris memanjang pada sehelai daun palem,
dinyalakan salah satu ujungnya, dan akan terbakar satu demi satu setiap 15
menit atau lebih. Ini juga berguna sebagai alat pengukur waktu. Misalnya,
seseorang bisa meminta orang lain untuk kembali ke rumah sebelum kemiri kedua
habis terbakar. Di Tonga, sampai sekarang,
kemiri yang sudah matang (dinamai tuitui)
dijadikan pasta (tukilamulamu), dan digunakan sebagai sabun dan shampoo.
Penanaman kemiri modern
kebanyakan hanya untuk memperoleh minyaknya. Dalam setiap penanaman,
masing-masing pohon akan menghasilkan sekitar 30–80 kg kacang kemiri, dan
sekitar 15 sampai 20% dari berat tersebut merupakan minyak yang didapat.
Kebanyakan minyak yang dihasilkan digunakan secara lokal, tidak diperdagangkan
secara internasional.
Minyak kemiri terutama
mengandung asam oleostearat. Minyak
yang lekas mengering ini biasa digunakan untuk mengawetkan kayu, sebagai pernis atau
cat, melapis kertas agar anti-air, bahan sabun, bahan campuran isolasi,
pengganti karet, dan lain-lain.
Minyak kemiri ini berkualitas lebih rendah daripada tung oil, minyak
serupa yang dihasilkan oleh Vernicia
fordii (sin. Aleurites fordii) dari Cina.
Di Jepang, kulit
kayunya telah digunakan untuk tumor. Di Sumatera,
bijinya dibakar dengan arang, lalu dioleskan di sekitar pusar untuk menyembuhkan diare. Di Jawa,
kulit batangnya digunakan untuk mengobati diare atau disentri. Kemiri juga
sering ditanam sebagai pohon serbaguna, untuk menghijaukan lahan, sebagai
peneduh di pekarangan, dan juga untuk pohon hias. Di Jawa, biji kemiri biasa
dijadikan sebagai bahan permainan untuk diadu kekerasan tempurungnya. Dalam
penulisan lontar, biji
kemiri yang telah dibakar digunakan untuk menghitamkan tulisan pada
lembaran-lembaran lontar. Bagian tanaman yang telah terbukti sebagai antikanker secara
etnofitomedis adalah korteksnya yang utamanya mengandung tanin, yang mempunyai
aktifitas sebagai imuno stimulan, yakni dengan meningkatkan sekresi Tumor Necrosis Factor (TNF) dan sebagai agen anti proliferatif yang
juga menginduksi apoptosis.
Berikut
ini adalah beberapa manfaat
kemiri cara pemakaiannya :
a) Khasiat buah kemiri untuk menyuburkan rambut
- Siapkan enam butir biji kemiri
- Tumbuk halus buah kemiri yang sudah kita siapkan
tersebut
- Tambah dengan air bersih
secukupnya
- Rebus sampai mengeluarkan
minyak dan ambil minyaknya
- Gosokkan minyak buah kemiri
tersebut pada kulit kepala
- Lakukan tiga kali seminggu
b) Mengatasi sariawan
- Ambil getah dari kulit batang
kemiri secukupnya
- Tambahkan dengan sedikit santan
kelapa
- Tempelkan/oleskan pada bagian
yang sakit karena sariawan
c) Mengobati sakit gigi
- Ambil beberapa tetes getah
kulit batang kemiri
- Oleh/lumaskan pada bagian gigi
yang sedang sakit.
- Obat buang air besar yang
berdarah
- Ambil 20 gram kulit batang
kemiri
- Rebus diair 400cc sampai airnya
berkurang menjadi 200cc
- Saring dan ambil airnya
- Minum selagi hangat, dua kali
sehari
d) Mengatasi diare
- Siapkan 20 gram kulit batang
kemiri yang masih segar
- Tumbuk hingga halus
- Rebus dengan air 600 cc sampai
airnya berkurang menjadi 300cc
- Saring dan ambil airnya
- Minum ramuan tersebut dua kali sehari, sekali minum 150cc
Daftar
Pustaka
Anonimous, 2003. Pemecah Kemiri. Universitas Kristen
Petra. http://google.com. proses pemecahan kemiri. [19 April 2014].
Barus, P. 2007. Interesterifikasi Stearin Sawit
dengan Minyak Kemiri Menjadi Pengganti Lemak Margarin. Medan. Jurnal Penelitian
MIPA 1: 1-7.
Sunanto, Hatta. 1994. Budidaya
Kemiri. Yogyakarta : Kanisius
http://iwak-pithik.blogspot.com/2013/06/manfaat-daun-johar-bagi-kesehatan.html (diakses
tanggal 19 april 2014)
http://om-tani.blogspot.com/2013/04/klasifikasi-tanaman-kemiri.html
(diakses tanggal 19 april 2014)
http://id.wikipedia.org/wiki/Johar
(diakses tanggal 20 april 2014)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar